Monday, February 23, 2015

Surabaya-Demak Indonesia

#throwback
Salam. Sebenarnya dah lama nak post pasal perjalanan 'My Documentary Journey' ni. Inilah baru ada jodoh nak menulis. Aku asingkan tentang pengembaraan ini dari blog asal aku dan akan datang akan aku nukilkan pulak pengembaraan aku dan anak2ku tentang backpackers/pengembara marhain pula. Buat masa ni korang layanlah dulu cerita2 tentang aku berkembara atas urusan kerja dulu ya.

Ok, trip ni aku buat pada tahun 2010 tak silap. Kami ke Surabaya. Aku berempat kesemuanya. Khusus mencari kehidupan masyarakat muslim serata Asia. Program ni dah lama on air di Astro Oasis. Musafir tajuk dia...ingat ke? :) 

Day 1 - KUL-SURABAYA - AIR ASIA - flight malam



sempat makan 'Ayam Penyet Surabaya' di bandara Surabaya, kejap...
Penginapan - Hotel Grand Kalimas Surabaya (hotel ini sangat dekat dengan Masjid Agung Sunan Ampel-jalan kaki dalam 10-15 minit). Depan hotel memang banyak makanan dan takde masalah kalau malam2 lapar nak keluar makan. Hotel ni pun dekat dengan pasar.
Kos Rp385 ribu(RM 100 lebih) per nite-twin bed 

Pengangkutan - sebab ini trip kerja, maka kami sewa van yang akan kami berkelana dari Surabaya-Demak-Kudus-Tuban-Semarang-Gresik. Harga standard pengangkutan kalau korang sewa van di Indonesia. Boleh contact :
DD Transport - Pak Ferry (baik dia ni, pembersih, dia bekas pekerja bank) 
H/P : 081 7540 9468
Tel : (0341) 411546
Fax (0341) 8168 482



 Ok. Sesampainya la kami lepas check in, dalam tengah malam tu terus menuju ke Masjid Agung Sunan Ampel. Saja nak tengok kemeriahan Masjid ni pada malam2. Sayang aku tak snap pun gambar pada malam ni sebab tak bawa kamera. Tapi serius orang sangat ramai membanjiri masjid membaca Al Quran depan kubur2 para wali ini semua. Ini pemandangan biasa di Indonesia. Mereka memang taksub dengan kubur para ulama' dan wali. Aku difahamkan yang datang bukan dari Surabaya sahaja, malah dari segenap Indonesia. 

Ok, jalan2 juga...jom tau sikit sejarah Sunan Ampel.

Sunan Ampel pada masa kecilnya bernama Raden Rahmat, dan diperkirakan lahir pada tahun 1401 di ChampaSyekh Jumadil Qubro (alias Haji Bong Tak Keng), dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak bersama sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah, Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan, dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudra Pasai.
Di Kerajaan Champa, Maulana Malik Ibrahim berhasil mengislamkan Raja Champa, yang akhirnya mengubah Kerajaan Champa menjadi Kerajaan Islam. Akhirnya dia dijodohkan dengan putri raja Champa (adik Dwarawati), dan lahirlah Raden Rahmat. Di kemudian hari Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa tanpa diikuti keluarganya.
Sunan Ampel (Raden Rahmat) datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya.Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak, dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid AmpelSurabaya.-sumber Wikipedia
Day 2 - Bandar Surabaya, Masjid Agung Sunan Ampel, Pasar Mekah

Bangun pagi, inilah pemandangan dari tingkap bilik hotel. Kami cuma berjalan kembali seperti malam tadi ke Masjid Agung Sunan Ampel. Berjalan melewati rumah2 masyarakat setempat menuju ke masjid, mengingatkan aku seakan rumah2 di Melaka tatkala melewati jalan2 kecil sekitar Melaka.
pemandangan pagi dari luar tingkap bilik hotel

depan hotel



Asal usul nama Surabaya; Sura bermakna Ikan Lumba2 dan BAYA bermakna BUAYA.






Ok, sampai misi kami ke Masjid Agung Sunan Ampel. Kami terus menuju ke rumah Jurukunci Masjid ini. Nak masuk ke dalam tempat makam Sunan Ampel harus menemui Jurukuncinya dahulu. Baik orangnya. Kami dijamu dengan makanan khas Jawa macam biasalah. Temuramah kami jalankan di surau milik Jurukunci ini. Maaflah aku lupa namanya. Kena refer balik program Musafir aku ni. Jurukunci ini punya pertalian darah dengan Sunan Ampel.


menuju Masjid Agung Sunan Ampel

penuh orang luar perkarangan Masjid ini







Pintu ini memang ditutup rapi dan hanya Jurukunci sahaja yang boleh membukanya.Depan itu menempatkan makam Sunan Ampel. 


Serba sedikit sejarah Masjid Agung Sunan Ampel.

Masjid Ampel adalah sebuah masjid kuno yang terletak di kelurahan Ampel, kecamatan Semampir, kota SurabayaJawa Timur. Masjid seluas 120 x 180 meter persegi ini didirikan pada tahun 1421 oleh Sunan Ampel, yang didekatnya terdapat kompleks pemakakaman Sunan Ampel.
Masjid yang saat ini menjadi salah satu objek wisata religi di kota Surabaya ini, dikelilingi oleh bangunan berarsitektur Tiongkok dan Arab disekitarnya. Disamping kiri halaman masjid, terdapat sebuah sumur yang diyakini merupakan sumur yang bertuah, biasanya digunakan oleh mereka yang meyakininnya untuk penguat janji atau sumpah.-sumber Wikipedia




dalam Masjid Agung Sunan Ampel







mimbar dalam Masjid Agung Sunan Ampel





Mbah Soleh ini menurut penduduk setempat, mati dan hidup banyak kali. Beliau merupakan siak masjid. Ketika beliau wafat, masjid ini kotor dan kembali bersih. Rupa2nya beliau mati dan hidup banyak kali. Bolehlah google cerita 'Mbah Soleh' ya.

 Inilah yang dinamakan Pasar Mekah. Tapi di Surabaya. Kebanyakan bakal2 haji akan membeli belah di sini atau jika anda tidak ke Mekah, Madinah bolehlah anda mendapatkan barang2 di sini. Memang sama macam 'Pasar Zink' di Mekah tu. Dan istimewanya di sini kebanyakan para peniaga berdarah Arab, tapi dah lama menetap di sini dan fasih Bahasa Indonesia tentunya.Ini kesan daripada kedatangan para saudagar2 Arab ke sini pada satu ketika dahulu.






Sebelah Masjid Agung Sunan Ampel terdapat sebuah sekolah/institusi pengajian agama. Ada pelajar2 Malaysia di sini.



Tibalah masa nak makam malam. Kami hanya makan malam di sekitar bandar Surabaya.


Dunkin Donuts bergerak.

pengamen jalanan

Day 3 - Pasar Pagi Surabaya,Masjid Muhammad Cheng Ho, menuju ke Demak. 

Sedikit mengenai sejarah Masjid Muhammad Cheng Ho.
Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi di Jalan Gading, Ketabang,GentengSurabaya atau 1.000 m utara Gedung Balaikota Surabaya. Masjid ini didirikan atas prakarsa para sespuh, penasehat, pengurus PITI, dan pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia Jawa Timur serta tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya. Pembangunan masjid ini diawali dengan peletakkan batu pertama 15 Oktober 2001bertepatan dengan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Sedangkan pembangunannya baru dilaksanakan 10 Maret 2002 dan baru diresmikan pada 13 Oktober 2002.
Masjid Cheng Ho, atau juga dikenal dengan nama Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya, ialah bangunan masjid yang menyerupai kelenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma). Gedung ini terletak di areal komplek gedung serba guna PITI (Pembina Imam Tauhid Islam) Jawa Timur Jalan Gading No.2 (Belakang Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa),Surabaya. Masjid ini didominasi warna merah, hijau, dan kuning. Ornamennya kental nuansa Tiongkok lama. Pintu masuknya menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief naga dan patung singa dari lilin dengan lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak pagoda. Di sisi kiri bangunan terdapat sebuah beduk sebagai pelengkap bangunan masjid.Selain Surabaya di Palembang juga telah ada masjid serupa dengan nama Masjid Cheng Ho Palembang atau Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang.Masjid Muhammad Cheng Hoo ini mampu menampung sekitar 200 jama'ah. Masjid Muhammad Cheng Hoo berdiri di atas tanah seluas 21 x 11 meter persegi dengan luas bangunan utama 11 x 9 meter persegi. Masjid Muhammad Cheng Hoo juga memiliki delapan sisi dibagian atas bangunan utama. Ketiga ukuran atau angka itu ada maksudnya. Maknanya adalah angka 11 untuk ukuran Ka'bah saat baru dibangun, angka 9 melambangkan Wali Songo dan angka 8 melambangkan Pat Kwa (keberuntungan/ kejayaan dalam bahasa Tionghoa).
Perpaduan Gaya Tiongkok dan Arab memang menjadi ciri khas masjid ini. Arsitektur Masjid Cheng Ho diilhami Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi. Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atau atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya, hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal, Jawa. Arsiteknya Ir. Abdul Aziz dari Bojonegoro.


 






Difahamkan, masjid ini mengambil senibina gereja ini untuk mendekatkan golongan bukan islam khususnya Kristian kepada Islam.



Pasar Pagi di Surabaya
 Sampai masa untuk kami menuju ke Demak. Pada siapa yang nak direct ke Demak, Kudus...ini tempat makam2 para Wali Songo. Bolehlah direct ambil flight ke Semarang. Lebih dekat la lagi. Kalau public transport daripada Surabaya memang ada bas menuju direct ke Semarang. Ada banyak bas ekspress dari Surabaya ke Semarang dan tiket bas lebih kurang dalam Rp70ribu(+-RM20).
Untuk ke Demak ini kami tidak melalui Tuban, tetapi melalui jalan lain. Balik nanti barulah ikut Tuban.




Menuju Demak. Kolam garam di sana sini.